Pagi ini aku tidak ada kegiatan. Aku hanya bersih-bersih dan bersantai ria.
Aku mencoba mengosongkan memori MMC handphoneku. Tapi anehnya dia tidak mau konek. Akhirnya kubiarkan saja. Dia tidak mau mengunjungiku lagi dengan dalih penghematan. Ya sudahlah. Aku tidak pulang saja. Aku juga malas dan tidak ada tujuan. Di Malang banyak yang bisa kulakukan.
Sepupuku, elfa, tiba-tiba menghubungiku dan mengajak pergi ke malang selatan, ke rumah neneknya. Aku menyanggupinya setelah aku rapat dengan KPF pukul satu siang.
Tak tahunya ketika berangkat menjemput sepupuku dan mau ke kampus, Sony Ericsson w 800ku yang dengan susah payah kubeli dengan hasil tabunganku selama setahun hilang begitu saja.
Yah. Kalian benar..aku memang ceroboh. Ini adalah hape kelima yang kuhilangkan.
Kucoba menceritakannya ke kakakku. Nggak tahunya dia langsung mengubungi nomorku. Bodohnya karena kau tidak ingat kalau aku mengaktifkan pengalihan normor. Karena nomorku tidak kuaktifkan, maka panggilan kakakku tetap nambung, namun tidak seperti yang kita duga bahwa sambungannya ke nomorku. Heweh. Kakakku bersorak kegirangan nomoru masih nyambung dihubungi. Gak tahunya teleponnya diangkat seorang cowok. Yahhh. Dia adalah korban pengalihan nomorku. Tapi kakakku masih optimis bahwa dia adalah penemu hapeku. Ironis. Kakakku salah pengertian. Dia jadi naik pitam ke aku. Aku yang kehilangan hape malah dimarahain untuk hal lainnya. Kata orang sudah jatuh tertimpa tangga.
Akhirnya aku memutuskan untuk mengurus nomorku yang hilang dengan jalan ke kentor polisi. Aku mendapatkan pelayanan yang baik hati dari kepolisisan malang. Namun, sialnya waktu aku mendatangi galeri Indoesat Malang, sudah tutup. Akhirnya aku dan sepupuku melanjutkan perjalanan ke malang selatan, ke gunung, lembah dan sungai. Aku sudah desperate.
Padahal aku sudah tidak ada anggaran buat beli hape baru.
Sore itu aku menghatamkan sebuah novel komedi berjudul ”Xerografer”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar