Senin, 05 Oktober 2009

Tragedi 3 Oktober 2009

Pagi yang indah... kuawali dengan bismillah
aku mengerjakan salah satu kewajiban kuliahku, proposal penelitianku udah ditunggu. sambil mengerjakan, aku melakukan kesenangan yang lain.
Aku mendapat teman-teman baru melalui sebuah social network. memang awalnya aku mengecam keberadaan social networking itu tapi aku mulai berterima kasih padanya, facebook namanya.
aku dapat teman, aku dapat berkomunikasi dengan beberapa orang teman seangkatan saat SMA, teman sekelas, bahkan dosenku.
Meski sebenarnya dalam dunia nyata aku mengalami gangguan komunikasi dengan mereka.
Tapi pagi itu tidak selamanya ibdah.
aku ditinggal di rumah sendirian. kejadian ini berawal dari adikku yang nitip mesin cuci... eits bukan aku suruh bawa mesin cuci.
tapi dia nitip untuk mematikan mesin cuci kalo ntu mesin udah kelar nyuci.
okey... kubilang.
setelah sekitar 2 jam kemudian aku yang samil chat dengan teman baruku, aku baru merasa bahwa mesin cucinya udah kelar melaksanakan kewajibannya.
akhirnya aku bergegas mau mematikannya. Mesin cuci ada di lantai satu sementara aku harus menuruni tangga karena aku ada di lantai 2. au berlari kecil sangking semangatnya karena ga enak juga kalo aku baru matiin mesin cuci kalau adikku udah pulang.
akhirnya kejadian naas itu terjadi.
aku jatuh tergelincir tepat di tangga terakhir.
ouch... wadoh...!!! saat itu rasanya pita suaraku ada yang megangi... aku ingin berteriak... tapi tak kuasa rasanya setengah mati sakitnya.
tak ada manusia yang tahu karena aku di rumah tanpa teman. hukz. aku tak bisa berdiri. ternyata kaki kananku cedera. padahal kaki kananku ntu punya riwayat trauma sehingga harus digibs. duwh palagi ini?
tak terasa air mataku jatuh dan aku mulai menangis dengan suara yang lumayan keras. tapi percuma saja tak aad yang mendengar. huhu
aku berusaha duduk meski tak sanggup berdiri. aku melanjutkan tangisanku.
setelah sekian lama dan aku puas menangis serta nyeri pada kakiku sedikit berkurang, aku berusaha berdiri dan berjalan mematikan mesin cuci. kemudian dengan perjuangan keras aku mematikan esin cuci.
belum cukup sampai disitu, aku masih harus kembali ke lantai dua dan itu berarti aku harus menaiki tangga lagi.
kakiku masih berasa sakit setengah mati.
setelah sampai di kamarku... aku mencoba menghubungi beberapa teman. Alhasil, ada satu sahabatku yang bersedia mengantarku ke rumah sakit dan meminjamiku uang sekalian untuk berobat.
dua jam kemudian aku sudah di rumah sakit. hampa... aku belum pernah ke RSSA sebelumnya untuk berobat maksudnya. temanku pun begitu.
setelah mencoba mencari ke unit gawat darurat (UGD) akhirnya ketemu. sebenarnya ukan gawat darurat sih kakiku. hanya saja kami sama2 tidak tahu harus kemana. sampai di UGD pun tidak tahu usti ngapain n masuk lewat mana.
akhirnya kami nekat masuk ke ugd... kehampaan banyak terjadi di sini. hampa..
duwh ternyata aku gag bisa melanjtkan ceritanya.
parah niy