Kamis, 30 April 2009

Luka Bakar

1. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), sengatan listrik, bahan-bahan kimia, sengatan matahari (sunburn) (Moenadjat, 2003).
2. Penilaian Luka Bakar
Luka bakar dinilai berdasarkan “luas” dan “dalamnya”. Luas luka bakar dinilai dengan menggunakan Rule of Nine.
Rule of Nine:

 Telapak tangan 1%
 Kepala dan leher 9%
 Dada 9%
 Perut bagian bawah 9%
 Lengan kanan 9%
 Lengan kiri 9%
 Paha kiri 9%
 Paha kanan 9%
 Punggung 9%
 Bokong 9%
 Tungkai bawah kiri 9%
 Tungkai bawah kanan 9%
 Genitalia 1%

Dalam Luka Bakar:
1. Superfisial
2. Dermal
3. Deep dermal
3. Klasifikasi Luka Bakar
A. Ringan
- Luka bakar derajat I
- Luka bakar derajat II seluas <15%
- Luka bakar derajat III seluas < 2%
B. Sedang
- Luka bakar derajat II seluas 10-15%
- Luka bakar derajat III seluas 5-10 %
C. Berat
- Luka bakar derajat II seluas >20%
- Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat kelamin, atau persendian sekitar ketiak
- Luka bakar derajat III seluas >10%
- Luka bakar akibat sengatan listrik dengan tegangan >1000volt
- Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas jaringan lunak atau gangguan jalan napas.
4. Penanganan Luka Bakar
1) Hentikan Proses Luka Bakar
2) Bilas dengan air bersih/dingin, gulingkan penderita
3) Airway
Trauma Inhalasi biasanya digunakan untuk luka bakar dengan:
- luka bakar pada wajah
- hangusnya alis/bulu hidung/ kumis/rambut depan
- inflamasi akut orofarinks
- sputum kehitam-hitaman
- anamnese terkurung dalam kepungan api/ruangan tertutup
- karcunan CO
4) Breathing
- Awas obstruksi jalan napas  endotracheal intubasi
- Awas keracunan CO  hipoksemia
- Awas trauma thermis langsung
- Beri oksigen, bila perlu pakai ventilator
- Pemeriksaan gas darah dan kadar CO
5) Circulation
- infus (luka bakar >20%)
- monitor tanda vital
- diuresis : dewasa 30-50 cc/jam
anak 1 cc/kgBB/jam
- Resusitasi cairan
6) Survei sekunder
7) Tindakan Penunjang:
a. Diet
Tujuan:
i. Mempercepat penyembuhan
ii. Mencegah terjadinya gangguan metabolic
iii. Mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan
b. Pemasangan NGT
c. Pemberian obat-obatan
d. Perawatan Luka
i. Perawatan Terbuka
Keuntungan
 Oksigenasi kulit lebih baik
 Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
 Lebih praktis dan efisien
 Rasa takut waktu mengganti perban tidak ada
 Rasa nyeri berkurang
Kerugian
 Tidak cocok bagi pasien yang perlu dibawa ke RS
 Mudah terkontaminasi
 Privasi terganggu atau pasien merasa tidak nyaman
 Tidak cocok untuk luka di kaki dan tangan
 Kurang etis
 Bila ada kerusakan lain, tidak dapat diobati dengan cara terbuka
ii. Perawatan Tertutup
Keuntungan
 Mengurangi kontaminasi
 Pasien merasa lebih nyaman
Kerugian
 Oksigenasi kulit kurang
 Balutan seringkali menbatasi mobilitas pasien
 Waktu membuka balutan sering terjadi perdarahan
 Menimbulkan nyeri
 Biaya perawatan bertambah
 Membutuhkan perawatan lebih lama
5. Resusitasi Cairan
Tujuan:
a. Memperbaiki deficit cairan, elektrolit dan protein
b. Menggantikan kehilangan cairan berlanjut dan mempertahankan keseimbanagan cairan
c. Mencegah pembentukan edema berlebihan
d. Mempertahankan haluaran urin pada orang dewasa (30-70 ml/jam)
e. Mengupayakan sirkulasi yang menjamin kelangsungan perfusi sehingga oksigenasi terpelihara
Regimen Baxter (Parkland)
Prinsip:
 Rumus ini hanya mengandalkan larutan RL
 Syok yang terjadi jenis hipovolemia
 Penurunan efektivitas Hb Karen aperlekatan eritrosit, trombosit, leukosit dan komponen sel lain pada dinding pembuluh darah
 Pemberian koloid tidak efektif karena adanya gangguan permeabilitas dan kebocoran plasma, menyebabkan penarikan ke jaringan interstitial, sulit ditarik ke intravascular, menambah beban kerja jantung, paru dan ginjal, memperbsar risiko inflamasi.
Rumus:
4 ml / kgBB / %LBRL
Cara Pemberian:
Pada hari pertama separuh dari jumlah cairan yang dibutuhkan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam kemudian.

6. Systemic Inflamatory Response Syndrome (SIRS)
SIRS merupakan suatu respon klinik yang bersifat sistemik sebagai dampak dari pelepasan mediator inflamasi yang mulanya bersifat fisiologik namun oleh karena adanya pengaruh beberapa faktor respon ini berubah secara berlebihan dan menyebabkan kerusakan organ sistemik.
Gejala SIRS :
1) Hipertermia (>38C), hipotermi (<36C)
2) Takikardi (>90x/menit)
3) Takipnu (>20x/menit) atau tekanan parsial CO2 rendah (<32 mmHg)
4) Lekositosis (>12000 sel/mm3), lekopeni (<4000 sel/mm3) atau dijumpai >10% netrofil dalam bentuk imatur
Kondisi yang harus diperhatikan:
- fase awal, akut dan syok
ABC, gangguan sistemik
- Fase syok akhir dan sub akut
SIRS, MODs dan sepsis
- Fase lanjut
Parut hipertropik, kontraktur, deformitas
7. Luka Bakar Kimia
Luka bakar kimia dapat merupakan akibat dari kontak dengan asam kuat atau basa kuat. Jenis luka bakar ini tidak perlu diberi apa-apa, hanya perlu dibilas dengan air bersih saja selama 20—30 menit. Proses penyembuhannya tergantung pada lama kontak, jumlah dankonsentrasi bahan kimia yang mengenai.
8. Luka Bakar Listrik
 Kerusakan fascia, otot  fasiotomi
 Awas myoglobinuria  warna urin hitam  gagal ginjal akut
 EKG
 ABCDE
 Myoglobinuria:
Cairan : diuresis 100 cc/jam, bila perlu monitor 25 gr IV
 Metabolik asidosis : Natrium Bikarbonas

9. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas inefektif b.d. obstruksi trakeobronkial
2) Kekuranagn volume cairan b.d. perdarahan, status hipermetabolik
3) Resiko tinggi infeksi b.d. pertahanan primer dan sekunder inadekuat
4) Nyeri b.d. kerusakan jaringan
5) Perubahan perfusi jaringan b.d. hipovolemi, penurunan aliran darah

Tidak ada komentar: