Selasa, 15 September 2009

Quantity vs Quality

Indah rasanya mencoba merenungkan hidup ini... banyak kosakata... banyak peristiwa... banyak realita... banyak logika.
Dan yang gag kalah banyak yaitu banyak narapidana (meski di luar jeruji besi).
Kebaikan... kejahatan...berjalan mengiringi kehidupan.
Di balik semua yang telah saya tulis di atas kuntitas dan kualitas bukanlah hita dan putih tetapi bukan juga seperti kebikan dan keburukan. Mereka layaknya pohon dan daun, saling melengkapi.
Jujur hati saya tergetar ketika mendengar saling melengkapi. Manusia zaman sekarang telah lama tak mampu memaknai saling melengkapi.
Dalam beribadah bagi seorang muslim tentulah masih ada kuantitas atau kualitas yang sering dipertanyakan. Di Indonesia saja,,, kita dapat melihat puluhan jenis aliran kepercayaan dalam tubuh ISlam sendiri (termasuk yang mengatasnamakan Islam juga). Tentu saja ini ukanlah hal yang buruk. Memang benar Indonesia termasuk slah satu negara muslim terbesar di dunia. Tapi saya sendiri cukup malu untuk melihat saudara-saudara muslim saya berselisih paham sampai saling melakukan kekerasan satu sama lain. sungguh ngeri sekali. Padahal menurut yang saya tahu, Rasulullah pernah bersabda bahwa antara satu muslim dengan yang lainnya adalah satu tubuh. Ini berarti jika satu sakit maka yang lain akan merasakan sakitnya. Jarang terjadi!!!
Sekarang kita kembali lagi ke bahasan kualitas dan kuantitas? mana yang lebih dahulu? kualitas atau kuantitas? telur atau ayam? hehe
Contoh sederhana misalkan shalat tarawih, ada yang lebih memberatkan kualitas ada yang memberatkan kuantitas. Pernah saya merasakan suatu hari ketika mengikuti tarawih berjamaah di suatu musholla umum, dengan 20 rakaat. Namun demikian, kami menyelesaikan shalat isya', shalat tarawih dan shalat witir lengkap dengan doa QUnutnya tidak lebih dari setengah jam. Hebat bukan? ini bukan perjalanan isra' yang dilakukan oleh Rasulullah yang sempat tidak dipercaya karena imposibilitasnya. Tapi ini memang juga benar-benar terjadi. ayangkan saja kami melakukan shalat 29 rakaat dengan waktu secepat itu, menurut rumus fisika berapa kecepatan rata-rata kami? sungguh menakjubkan. Saya benar-benar simpati dengan jamaah yang telah renta dengan segala keterbatasan pada sistem muskuloskeletal dan persyarafannya dalam menjalani ibadah semacam itu. HIngga setelah semua rangkaian ibadah di musholla itu selesai semua sesepuh yang ikut jamaah menelonjorkan kakinya dan dengan frekuensi napas yang cepat menyalami jamaah lainnya. Inilah gambaran kuantitas ibadah kita. Ketika sang imam ditanya kenapa seperti itu, maka memang beliau mencoba untuk ibadah yang banyak di bulan RAmadhan, terutama shalat tarawih (meski dengan alasan lain ingin cepat selesai shalatnya).
Banyak orang menunjukkan banyak ibadah (kuantitas) tapi tidak dibarengi dengan kualitasnya. Menurut saya ini sia-sia (meski memang menurut sebagian orang beralasan, mendingan daripada nggak sama sekali).
BAnyak orang mau pergi ke masjid tapi niatnya mau ambil sandal jamaah lain. Banyak orang mau sodaqoh tapi dengan niat pamer ke tetangga, banyak orang melakukan hal-hal baik tapi niatnya belum ditata.
Tapi apalah gunanya kuantitas jika tidak berkualitas. KEmbali ke pernyataan saya yang awal tapi kuantitas dan kualitas adalah saling melengkapi. MAri kita sempurnakan kualitas ibadah kita dan tidak lupa meningkatkan kuantitasnya juga.
semoga amal ibadah kita diterima di sisi-Nya.

"(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari kiamat ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan sebagaimana mereka selalu mengingkari ayat-ayat kai." (Al-A'raf 51)

Tidak ada komentar: