Sabtu, 13 September 2008

DEJA VU

Pandangan antara normal dan abnormal sangat dipengaruhi aspek-aspek manusia seperti aspek kesadaran, aspek ingatan, aspek orientasi, aspek emosi, aspek psikomotor, aspek proses berpikir, aspek persepsi dan inteligensi, aspek kepribadian, aspek penampilan, aspek pola hidup, dan gangguan yang timbul pada aspek tersebut masing-masing.
Gangguan yang timbul pada aspek tersebut masing-masing dapat menyebabkan perubahan pemikiran, perasaan, dan perilaku. Gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik (unsur badaniah), unsur psikologik (unsur kejiwaan), dan sosiobudaya (keadaan masyarakat). Gejala inilah yang menandakan dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pada pemikiran, perasaan, dan perilaku.1
Deja vu adalah salah satu jenis dari gangguan ingatan yang termasuk dalam golongan gangguan jiwa (psikiatri). Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari tiga proses utama ingatan. Proses utama ingatan tersebut adalah pencatatan atau registrasi (mencatat atau meregistrasi suatu pengalaman dalam susunan saraf pusat); penahanan atau retensi (menahan atau menyimpan catatan pengalaman yang sudah ada pada proses pertama); dan pemanggilan kembali atau recall (mengingat atau mengeluarkan kembali cacatan pengalaman yang sudah tersimpan).1
Gangguan ingatan dapat terjadi karena gangguan pada pencatatan berupa kurangnya perhatian atau adanya hambatan oleh rangsangan yang lain, misalnya karena cara belajar yang salah, kurang konsentrasi, dan konsentrasi yang terpecah. Gangguan pada penahanan disebabkan keadaan atau kemampuan otak sendiri, sehingga selalu ada perbedaan tiap individu. Gangguan pada pemanggilan kembali disebabkan gangguan emosi dan kelelahan .
Déjà vu adalah salah satu gangguan ingatan yang disebabkan distorsi pemanggilan kembali (paramnesia). Paramnesia atau ingatan yang salah karena distorsi pemanggilan kembali (recall) terdiri atas déjà vu, jamais vu, fausse reconnaissance, dan konfabulasi. Déjà vu ditandai dengan rasa seperti sudah pernah melihat atau mengalami sesuatu, tetapi sebelumnya belum pernah melihat atau mengalaminya.1
Pada buku Harrisons ilmu penyakit dalam disebutkan bahwa déjà vu adalah salah satu bentuk/ manifestasi dari kejang parsial sederhana (simple partial seizure) yang mana seringkali terjadi karena perubahan atau peningkatan aktivitas otak bagian temporal atau frontal. Hal ini dapat menyebabkan perangsangan fungsi pendengaran, penglihatan, pembauan atau fungsi luhur lainnya.2 Jadi bila kita simpulkan disini, terjadinya déjà vu mungkin disebabkan oleh bangkitan kejang partial pada pusat penglihatan di otak.
Jadi, sebenarnya déjà vu merupakan suatu bentuk manifestasi gangguan pada proses memori atas pengamatan atau pengalaman yang terjadi pada system saraf pusat. Oleh karena sifatnya maka déjà vu tidak digolongkan pada suatu penyakit organik.

Daftar pustaka
Maramis, W.F., 1995, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya.
Lowenstain, D.H., 2000, Harrison’s of Internal Medicine Part Fourteen-Neurological Disorder, 15th Edition, McGraw Hill Company, USA.

Tidak ada komentar: